Quote of the day

Dari Chicklit “I Love My Boss” Alberthiene Endah

Perusahaan Event Organizer selalu hidup karena berhadapan dengan klien2 yang berbeda, tantangan mecam-macam dan …. (page 22)

Sebagai calon sekretaris, saya merasa perlu mencintai calon pekerjaan saya. Sebab, pekerjaan sekretaris adalah pekerjaan kesetiaan, ketekunan, dan keteguhan. Sekretaris bukan show manager yang selalu dihidupkan gempita pekerjaannya yang kreatif. Bukan pula stylist yang selalu bergairah mereka-reka ide. Pekerjaan sekretaris adalah pekerjaan penjaga. Ritme kerjanya menjemukan. Di seluruh dunia pekerjaan sekretaris sama. Pekerjaan ribet yang tak mendatangkan pencapaian apa-apa kecuali surat-meyurat lancar, bos puas, semua urusan beres, laporan mulus. Satu-satunya kesempatannya memilih adalah memilih jenis perusahaan yang is cintai…sehingga ia bisa bekerja dengan penuh komitmen ia menjadi kunci segala urusan menjadi aman… (page 23-24)

“Iya rame, bo. Lagian yang tadi tuh bukan perang. Tapi debat. Lu jadi ga bosan, kan? Coba lu kerja di perusahaan kargo. Yang ada kita Cuma bisa nontonin orang ngiloin barang.”
Saya nyengir. Jadi ingat teman saya yang kerja jadi sekretarisd di perusahaan farmasi. Tiap hari, nontonin kotak obat mondar-mandir. Emang betul nasihat sakti itu. Jaid sekretaris kita nggak bisa milih jenis kerjaan. Kerjanya ya itu-itu juga. Ngetik, filing dokumen, ngatur jadwal. Tapi kita punya kebebasan milih jenis perusahaan. Dan di situ letak nasib yang sesungguhnya. (page 67)

Tugas sekretaris di mana pun jelas dan tidak bisa diganggu gugat. Sebagai pelaksana administrasi dan orang yang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan kinerja pihak yang dirujuk. (page 87-88)

“Kalau gue akan bertanya pada hati nurani sendiri. Gimana-gimana, pekerjaan sekretaris adalah pekerjaan yang gue cintai. Cocok dengan style kerja gue yang tekun, suka beres-beres, disiplin. Gue kan nggak punya bakat kreatif yang memungkinkan gue bisa mencari nafkah dengan jadi event organizer atau pemilik florist. Gue nggak terlalu punya taste yang bagus. Gue juga nggak cukup punya jiwa yang gigih untuk jadi tenaga marketing…” (page 232-233)

Comments