Perilaku-mu menentukan kasus aktif Covid19 #ppkmlevel5

 #basedontruestory #covidsurvivor #penyintascovid #sukseskanvaksinasi #indonesiasehat

Cerita ini saya dapatkan dari seorang guru yang saya sangat kenal, beliau terpapar virus Covid-19 dan membagikan pengalamannya juga efek dan perasaannya yang dirasakan saat ini. Ingat, covid itu ganas namun jika perilaku anda tidak sesuai prokes dan tidak berempati maka itu yang membuat keadaan negara ini menjadi lebih parah.

Peristiwanya terjadi akhir taun lalu, beliau adalah seorang guru di sebuah sekolah dasar swasta di Kota Bandung yang terpapar virus dari suaminya dikarenakan mengurusi pekerjaannya dari luar kota. Awal mula gejala dari suami adalah tipes, muntah, pusing, tidak ada makanan yg masuk mirip masuk angin. Karena saat itu belum terlalu musim swab antigen jadi memutuskan untuk rapid antibody, cek darah dan alhamdulilah hasilnya negatif. Untuk itu dokter memberikan obat tipes selama 3 hari, makanan yang dapat dikonsumsi hanya makanan yg hambar. Setelah itu muncul gejala batuk yang tidak berhenti. Lalu karena letih, mulai terasa pusing, bagian dada sakit, tidak demam namun terasa dingin dan akhirnya coba istirahat dan berjemur.

Setelah hampir seminggu tidak ada perubahan maka disarankan untuk infus/ rawat inap di rumah sakit. Akhirnya mereka coba ke rumah sakit lalu dokter menyarankan PCR dan ronsen paru dengan hasil ada flek dan hasil tersebut cenderung kena covid. Namun karena belum ada hasil PCR maka pihak RS belum dapat menyediakan rawat inap karena harus menunggu hasil supaya treatment nya bisa ke pasien covid atau non covid. Setelah beberapa RS dan situasi juga penuh saat itu. Karena kesulitan mendapatkan kamar maka mereka pun meminta keringanan di salah satu rs untuk infus sementara karena kondisi sudah sangat lemas, mual, asupan makanan juga kurang. Setelah hasil keluar dan mungkin rezeki ada pasien yang baru sembuh akhirnya bisa dirawat karena memang PCR juga menunjukkan + covid19.

Setelah suami dirawat, beliau memutuskan untuk swab PCR mandiri karena kondisi anak-anak di rumah dan sementara tinggal di rumah mertua itupun mertua mengungsi ke rumah lain. Gejala yang dirasakan tidak ada hanya untuk penciuman dan rasa agak sedikit berbeda, rasa asin sangat asin, rasa pedas seperti terbakar. Hasil PCR + dan melakukan isoman sendirian juga beli obat-obat an secara mandiri. Mertua juga lapor puskesmas setempat karena kontak erat dan alhamdulilah hasil PCR mertua negatif sehingga beliau memutuskan isoman sendirian. Suami saat itu dirawat 5 hari lalu diperbolehkan pulang saat grafik CT naik sehingga pemulihan mandiri di rumah.

2 minggu kemudian PCR hasilnya pun negatif, namun memutuskan untuk istirahat hingga benar-benar yakin dan fit baru dapat bertemu dengan anak-anak setelah sekian lama. Efek yang paling dirasakan karena beliau adalah seorang guru tentunya adaptasi anak-anak, tidak semua orang tua mampu mendampingi anaknya mungkin dari segi waktu atau fasilitas yang dimiliki, contoh gadget dan kuota dan memang sekolah adalah tempat anak-anak untuk menuntut ilmu. Sehingga seorang guru dan pihak sekolah harus mencari jalan tengah, juga setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda, jika pihak ortu menyetujui maka akan ada tambahan pelajaran di sekolah dengan prokes yang selalu dijalani.

Jadi intinya disiplin dengan aturan yang ada, karena kita tinggal di suatu negara, simple saja sebetulnya, pakai masker, kalau ada kerumunan hindari, usahakan bawa hand sanitizer jika tidak bawa air sabun dan bisa cuci tangan pakai air minum. Jangan dulu piknik-piknik atau mudik, keep it by yourself. Terbukti beberapa orang yang masih kesana kemari terpapar covid, yang patuh saja bisa kena apalagi yang tidak. Menurutku anak-anak paling berat kena efeknya, untuk dokter nakes tentu saja berjuang di bidangnya.

Jangan termakan hoaks, setiap orang kondisi beda-beda, konsultasi dengan dokter jika kena covid, obat yang dikonsumsi biasanya anti virus dan jika ada batuk sesak disesuaikan namun jika OTG lebih baik konsumsi vitamin B, C, D, E, Zinc. Tentunya konsumsi makanan sehat, sayur dan buah jangan lupa.

Indonesia bisa yuk, jujur sedih banget karena angka kasus sudah sampai 3rb di bulan April kalau tidak salah namun euforia orang tidak terbendung, jangan takabur dan selalu waspada.


Notes: Terima kasih sebesar-besarnya bagi teman saya yang sudah berbagi pengalaman ini dengan saya dan para pembaca blogger sekalian, semoga yang terpapar segera sembuh dan dapat beraktivitas kembali, yang masih aktif bekerja selalu diberi kesehatan, bagi yang berduka kalian kuat inshallah Husnul Khatimah, amin ya rabbal allamin..

Comments